Benarkah Pangan Organik Lebih Baik Bagi Kesehatan Dibandingkan Pangan Non-Organik?
sumber : geneticliteracyproject.org |
Beberapa tahun terakhir ini, produksi dan konsumsi makanan organik mengalami peningkatan yang signifikan. Di seluruh dunia, total area yang digunakan untuk pertanian organik tercatat lebih 50,9 juta hektare, dengan perkiraan pasar mencapai $80 miliar. Data global pertanian organik terbaru yang dilaporkan oleh Research Institute of Organic Agriculture (FiBL) and IFOAM, sebuah organisasi organik internasional menuliskan bahwa permintaan konsumen pangan organik meningkat. Pertumbuhan pasar pangan organik di Amerika Serikat misalnya, meningkat signifikan 11 persen. Namun, menurut Prof. Ali Khomsan, pertumbuhan pasar pangan organik di Indonesia masih lambat. Hal tersebut mungkin dikarenakan harga pangan organik yang lebih mahal dibandingkan pangan non-organik.
Kata organik terkait dengan cara petani menanam serta memproduksi produk pertanian. Semua prosesnya dirancang untuk mengurangi polusi, sehingga dalam prosesnya menghindari keterlibatan pupuk kimia sintetik, pestisida, antibiotik, hormon pertumbuhan, dan rekayasa genetika.
Dalam Peraturan Kepala BPOM Nomor 1 tahun 2017 tentang Pengawasan Pangan Olahan Organik, mencantumkan pengertian pangan organik, sebagai pangan yang berasal dari suatu lahan pertanian organik yang menerapkan praktik pengelolaan yang bertujuan untuk memelihara ekosistem dalam mencapai produktivitas yang berkelanjutan, melakukan pengendalian gulma, hama, dan penyakit, melalui beberapa cara seperti daur ulang sisa tumbuhan dan ternak, seleksi dan pergiliran tanaman, pengelolaan air, pengolahan lahan, dan penanaman serta penggunaan bahan hayati.
Pangan organik sering diidentikkan dengan makanan yang lebih sehat dan memiliki kandungan nutrisi yang lebih baik daripada pangan non-organik. Penelitian oleh Anggia Dwi Akbari, peneliti dari Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor (IPB) meneliti mengenai persepsi konsumen terhadap aspek gizi dan kesehatan pangan organik pada tahun lalu. Penelitian menemukan 95 persen responden punya motivasi membeli pangan organik adalah karena bahan pangan organik dianggap lebih sehat. Sedang, 56,67 persen responden menyatakan bahwa manfaat utama yang ingin mereka dapatkan dari pangan organik adalah untuk menjaga kesehatan. Dari penelitian tersebut terlihat kecenderungan bahwa konsumen memilih pangan organik karena alasan kesehatan.
Lantas benarkah pangan organik lebih sehat dari pangan non-organik ?
Prof.Dr.Ir. Ali Khomsan, MS, seorang Guru besar di bidang Gizi Masyarakat dan Sumberdaya keluarga, dari Fakultas Pertanian IPB menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara tanaman yang ditanam secara organik maupun non-organik. Perbedaan lebih kepada aspek pembenahan lingkungan yang lebih baik ketika konsumen memilih pangan organik.
Ali Khomsan mengatakan bahwa jika dilihat dari aspek keamanan, banyak orang sepakat bahwa bahan pangan organik lebih aman, karena cemaran pestisida nyaris tidak ada. Tetapi kalau dilihat dari aspek gizi maka belum konklusif, artinya belum ada kesimpulan yang meyakinkan bahwa pangan organik lebih bergizi dibanding pangan anorganik.
Ia menegaskan pemahaman pangan organik lebih sehat, pengertiannya lebih mengarah pada dampak keamanan lingkungan, dibanding kandungan gizi yang terkandung pada pangan organik. Menurutnya masih banyak variasi hasil penelitian yang tidak cukup memberi kesimpulan bahwa bahan pangan organik punya kandungan gizi lebih tinggi daripada pangan non-organik.
Penelitian terdahulu dari sebuah tim yang terdiri dari Dena Bravata dari Stanford Center for Health Policy bersama Crystal Smith-Spangler dari VA Palo Alto Health Care System, Amerika Serikat meneliti 237 makalah yang membahas uji klinis soal pangan organik dan non-organik, dan makalah penelitian soal kandungan gizi organik dan non-organik.
Mereka akhirnya menyimpulkan sedikit perbedaan yang signifikan soal manfaat kesehatan antara pangan organik dan non organik. Juga tak ada perbedaan yang secara konsisten menunjukkan perbedaan kandungan vitamin pada produk organik dengan non-organik. Namun, memang ada sedikit keunggulan pada fosfor lebih tinggi dan risiko tercemar pestisida lebih rendah pada pangan organik.
Ia menegaskan pemahaman pangan organik lebih sehat, pengertiannya lebih mengarah pada dampak keamanan lingkungan, dibanding kandungan gizi yang terkandung pada pangan organik. Menurutnya masih banyak variasi hasil penelitian yang tidak cukup memberi kesimpulan bahwa bahan pangan organik punya kandungan gizi lebih tinggi daripada pangan non-organik.
Penelitian terdahulu dari sebuah tim yang terdiri dari Dena Bravata dari Stanford Center for Health Policy bersama Crystal Smith-Spangler dari VA Palo Alto Health Care System, Amerika Serikat meneliti 237 makalah yang membahas uji klinis soal pangan organik dan non-organik, dan makalah penelitian soal kandungan gizi organik dan non-organik.
Mereka akhirnya menyimpulkan sedikit perbedaan yang signifikan soal manfaat kesehatan antara pangan organik dan non organik. Juga tak ada perbedaan yang secara konsisten menunjukkan perbedaan kandungan vitamin pada produk organik dengan non-organik. Namun, memang ada sedikit keunggulan pada fosfor lebih tinggi dan risiko tercemar pestisida lebih rendah pada pangan organik.
Jadi bisa disimpulkan bahwa dari segi kesehatan, pangan organik tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan pangan non-organik. Pangan organik lebih unggul lebih dikarenakan proses produksinya yang rendah polusi dan memiliki jejak karbon yang lebih minimal sehingga lebih ramah lingkungan dibandingkan proses produksi pangan non-organik.
Sumber :
https://tirto.id/apakah-pangan-organik-lebih-sehat-dari-non-organik-cwAs
Comments
Post a Comment